Di pagi hari yang tenang, kabut tipis perlahan terangkat dari permukaan air Situ Lengkong. Suara burung berpadu dengan gemericik halus riak air, menciptakan harmoni alami yang sulit ditemukan di tempat lain. Dari tepian danau, pepohonan tua berdiri tegak seakan menjaga ketenangan tempat yang menjadi kebanggaan masyarakat Panjalu ini.
Bagi siapa pun yang datang, Situ Lengkong bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah ruang batin yang menyatukan sejarah, budaya, dan keindahan alam. Banyak pengunjung mengaku merasakan keteduhan spiritual saat berjalan mengelilingi danau atau ketika menaiki perahu menuju Nusa Gede — pulau kecil di tengah Situ Lengkong yang menyimpan peninggalan sejarah Panjalu dan makam Prabu Borosngora.
Selain nilai sejarahnya, Situ Lengkong juga menjadi sumber kehidupan bagi warga sekitar. Aktivitas ekonomi tumbuh di sekitarnya — mulai dari penjual kuliner khas, pengrajin suvenir, hingga jasa wisata perahu. Semua ini menunjukkan bahwa pariwisata di Panjalu bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang kemandirian masyarakat desa yang menjaga dan memanfaatkan warisan leluhur secara bijak.
Kini, Pemerintah Desa Panjalu bersama masyarakat terus berupaya mempercantik kawasan Situ Lengkong agar tetap lestari dan nyaman dikunjungi. Upaya pelestarian lingkungan, kebersihan kawasan, dan pengembangan fasilitas wisata menjadi perhatian utama, tanpa mengurangi nilai budaya dan spiritual yang melekat di tempat ini.
Berjalan di tepi Situ Lengkong, siapa pun akan memahami bahwa Panjalu bukan sekadar nama sebuah desa. Ia adalah kisah panjang tentang harmoni antara manusia, alam, dan sejarah yang hidup hingga hari ini.
Mari kunjungi Situ Lengkong Panjalu — tempat di mana ketenangan, keindahan, dan kebanggaan berpadu menjadi satu.

