Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) menggelar Seminar Proyek Akhir bertajuk “Toward Continuous Improvement of the Mechanism for Earthquake and Tsunami Analysis and Warning Dissemination in Indonesia”. Acara ini bertujuan untuk memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Indonesia serta meningkatkan kolaborasi internasional dalam upaya mitigasi bencana.
Kolaborasi Strategis untuk Mitigasi Bencana
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan apresiasi kepada JICA dan para mitra atas kontribusi mereka dalam pengembangan sistem peringatan dini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya keandalan informasi gempa dan tsunami untuk mendukung pengambilan keputusan di berbagai sektor.
“BMKG terus melakukan peningkatan sistem agar dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan tepat waktu. Dengan sistem yang lebih baik, kita dapat memitigasi risiko bencana secara lebih efektif,” ujarnya.
Kemajuan Teknologi dalam Sistem Peringatan Dini
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Dr. Nelly Florida Riama, menjelaskan bahwa proyek ini menjadi fondasi bagi pengembangan lebih lanjut Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS). Sistem ini tidak hanya berperan di Indonesia, tetapi juga memberikan layanan bagi wilayah Samudra Hindia, Pasifik, dan Laut China Selatan.
Menurut Nelly, proyek ini telah membawa berbagai peningkatan signifikan, di antaranya:
- Pemutakhiran peralatan pemantauan gempa dan tsunami.
- Keandalan data dan penyempurnaan Katalog Gempa Nasional.
- Percepatan transfer informasi intensitas seismik hingga dua menit.
- Peningkatan edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Evaluasi dan Pembelajaran dari Bencana Masa Lalu
Seminar ini juga menghadirkan diskusi mengenai evaluasi kejadian gempa dan tsunami sebelumnya. Para pakar membahas langkah-langkah strategis untuk meningkatkan efektivitas sistem peringatan dini di masa mendatang.
JICA expert team, Akihiro Furuta, menjelaskan bahwa proyek ini lahir dari kebutuhan mendesak untuk memperbaiki sistem setelah beberapa bencana besar melanda Indonesia, seperti gempa dan tsunami di Lombok, Sulawesi Tengah, dan Selat Sunda pada 2018. Evaluasi terhadap sistem yang ada menunjukkan perlunya peningkatan dalam aspek operasional dan teknologi peringatan dini.
Para ahli dari Jepang, termasuk Dr. Yokoi, Dr. Kashima, dan Profesor Tanioka, turut memberikan kontribusi dengan berbagi pengetahuan dan teknologi terkait observasi gempa serta penyebaran peringatan. JICA juga bekerja sama dengan Japan Meteorological Agency (JMA) dalam mengembangkan inovasi terbaru untuk sistem peringatan dini.
Komitmen Jangka Panjang dan Rencana Aksi
Seminar ini juga membahas empat prioritas aksi dalam Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030:
- Pemahaman risiko bencana.
- Penguatan tata kelola risiko bencana.
- Investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketahanan.
- Peningkatan kesiapsiagaan dalam tanggap darurat dan rekonstruksi pasca-bencana.
Direktur Gempa dan Tsunami BMKG, Daryono, menutup seminar dengan menegaskan bahwa kolaborasi ini telah membawa kemajuan signifikan dalam analisis dan simulasi peringatan dini. Ia berharap strategi yang telah dibahas dapat segera diimplementasikan dalam kebijakan nyata.
“Kami ingin kerja sama antara Indonesia dan Jepang terus berlanjut, tidak hanya dalam bentuk pengembangan teknologi, tetapi juga dalam edukasi, beasiswa, dan program peningkatan kapasitas bagi para ahli mitigasi bencana,” ujar Daryono.
Seminar ini dihadiri lebih dari 250 peserta dari berbagai lembaga, termasuk BNPB, BIG, BRIN, Kemendagri, PVMBG, UNESCO, serta BPBD. Tingginya partisipasi mencerminkan besarnya minat dan komitmen berbagai pihak dalam memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Indonesia.
Dengan adanya proyek ini, diharapkan sistem peringatan dini di Indonesia dapat semakin efektif, responsif, dan mampu mengurangi risiko serta dampak bencana terhadap masyarakat. Kolaborasi antara BMKG dan JICA menjadi bukti nyata pentingnya sinergi internasional dalam membangun ketahanan terhadap bencana di masa depan.